SERUKANLAH PERTOBATAN
Yoel 2:12-14
Bagian teks yang kita
renungkan ini berisikan seruan Yoel kepada umat Tuhan atau menasihati
mereka agar bertobat dan dengan rendah hati kembali kepada Tuhan Allah dengan
berpuasa, menangis, berkabung, dan
bersyafaat memohon kemurahan Allah. Yoel sebagai nabi Tuhan mempunyai kewajiban
menyampaikan apa yang Tuhan perintahkan kepadanya untuk disampaikan kepada
uamatNya. Seruan pertobatan ini membuktikan
bahwa umat belum menyadari kedatangan Hari Tuhan yang
benar-benar akan terjadi sehingga mereka diajak untuk berbalik kepada Allah
melalui pertobatan yang sungguh-sungguh. Orang-orang yang beriman pada Tuhan
tidak akan menerima penghukuman sedangkan mereka yang melawan kehendak-Nya akan
dihukum. Yoel sebagai nabi Tuhan harus berani menyerukan pertobatan ini. Pertobatan
seperti apa yang Tuhan mau dari umatNya? Bertobat dengan segenap hati, dengan
berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh (ayat 12). Yang Tuhan mau bukan
pertobatan yang asal-asalan tapi dengan segenap hati, dengan kesungguhan bahwa
mereka mau berbalik kepada Tuhan. Koyakkanlah
hatimu dan jangan pakaianmu (ayat 13). Ini menggambarkan bahwa yang Tuhan
mau bukan pertobatan yang hanya kelihatan dari luar, seperti kebiasan
mengoyakkan pakaian sebagai tanda penyesalan, yang Tuhan mau hati yang
dikoyakkan yaitu hati yang benar-benar menyesal dan menyadari dosanya serta tidak
melakukanya lagi. Maka Tuhan akan menunjukkan kebaikanNya kepada mereka seperti
pada teks ini “Sebab Tuhan pengasih dan
penyayang panjang sabar dan melimpah kasih setia dan Ia menyesal karena
hukumanNya”ayat 13. Dari firman Tuhan ini kita belajar dua hal. Pertama,
sebagai hamba Tuhan dan orang percaya kita semua punya tanggungjawab untuk
“menyerukan pertobatan,” dalam hal praktisnya kita harus berani menegur,
menasihati siapa pun kalau kita melihat apa yang dilakukannya salah. Kedua,
sebagai orang percaya Tuhan mau kita bertobat dari setiap dosa-dosa kita,
setiap saat kita harus menyadari terus kesalahan kita dan berbalik kepada
Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.
By. Susan Latupeirissa
By. Susan Latupeirissa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar