Pergumulan
Melepaskan Kebanggaan Masa Lalu
(Roma 9:1-5)
Kalau melihat
masa lalu Paulus secara lahiriah, cukup banyak hal yang bisa dia banggakan.
Seperti yang ia katakan kepada jemaat di Filipi: “ jika ada orang lain yang
menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah aku lebih lagi: disunat
pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli,
tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku
penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak
bercacat” (Filipi 3:4b-6). Tetapi setelah dia bertemu dengan Kristus dia
menganggap semua itu sampah. Bahkan setelah dia bertemu dengan Kristus cukup
banyak hal yang membuat Paulus lebih memperhatikan orang lain daripada dirinya
sendiri. Kalau kita melihat teks renungan kita hari ini, Paulus menyatakan
bagaimana kepeduliaanya terhadap saudara-sudaranya yaitu orang-orang Israel. Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari
Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani (Roma 9:3).
Pernyataan ini menunjukkan harapan Paulus terhadap saudara-saudara sebangsanya
kaum Yahudi. Ia pun mengatakan akan memberikan hidupnya agar orang lain
memperoleh hidup. Yang dimaksudkan Paulus adalah kehidupan kekal. Ia mengatakan
bahwa jika mungkin (walau ia tahu itu tidak mungkin), ia rela terpisah dari
Kristus jika itu dapat menyelamatkan orang-orang yang sangat ia kasihi (Roma 9:3). Ini menunjukkan kesungguhan
Paulus memperhatikan keadaan orang-orang Israel yang ia rindukan untuk
meperoleh keselamatan juga seperti dirinya. Namun, sekalipun Paulus ingin
menyelamatkan orang-orang yang dikasihinya dari keterpisahan kekal dengan
Kristus, ia tak dapat menanggung maut bagi orang-orang sebangsanya. Namun,
ungkapan kasihnya mengingatkan kita akan tindakan Yesus Kristus. Dia
benar-benar menanggung maut bagi kita. Dia bahkan mengurbankan hidup-Nya agar
kita beroleh hidup.
Bagaimana
dengan kita orang percaya yang sudah diselamatkan oleh Kristus, sudahkah kita
mempedulikan orang lain yang belum selamat? Kita tidak bisa mengurbankan nyawa untuk
menyelamatkan orang lain. Namun dengan RohNya, biarlah kita memiliki kasih
untuk lebih mempedulikan kesejahteraan kekal orang lain daripada hanya
mempedulikan kesenangan sementara bagi hidup kita sendiri. Tuhan Yesus Memberkati.
By. Susan Latupeirissa
By. Susan Latupeirissa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar